Renungan


“Renungan Malam Jum’at”

Betapa seringnya kita mengaku bahwa kita manusia yang hebat, tetapi betapa sulitnya menyadari bahwa kita lemah, hanya berasal dari air yang hina.

Betapa seringnya tangan kita alfa dan digunakan untuk kemaksiatan.

Betapa seringnya telinga ini tuli untuk mendengar nasehat.

Betapa seringnya bibir ini kelu untuk berkata kebenaran, tetapi nudah untuk berucap kenistaan.

Betapa mata ini buta untuk melihat fakta, tetapi begitu jelas untuk melihat yang bukan haknya.

Betapa kaki ini mudah dilangkahkan menuju kemaksiatan, tetapi betapa sulitnya dilangkahkan untuk berjalan di jalan kebenaran.

Sungguh betapa banyak hal-hal yang kita inginkan di dunia ini, tetapi betapa kurangnya usaha dan doa yang kita panjatkan.

Betapa mudahnya kita berbohong untuk keamanan kita tetapi betapa sulitnya kita jujur dan berkata ”Maafkan saya telah salah.”

Seringkali menginginkan banyak hal, tapi terkadang menyalahkan Allah mengapa tidak disegerakan. Namun, apa yang sudah ada dilupakan dan seringkali tidak disyukuri.

Betapa inginnya kita didengar saat bicara, tetapi betapa jarangnya kita mendengar pendapat orang.

Betapa inginnya kita disayangi, tetapi betapa sulitnya kita menyayangi.

Betapa inginnya kita dicintai, tetapi betapa sulitnya kita mencintai hanya kepada segelintir orang saja.

Betapa mudahnya kita menangis ketika kita gagal, tetapi betapa sulitnya kita menangis saat kita mengingat dosa kita.

Betapa mudahnya kita mengingat kebaikan kita dan betapa sulitnya kita mengingat kejelekan kita.

Betapa inginnya kita diberi tetapi betapa sulitnya kita memberi.

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke masjid untuk disumbangkan, tetapi betapa kecilnya saat kita bawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama 5 menit namun betapa singkatnya saat kita melihat tontonan.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata untuk berdoa (spontan).. namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra, namun kita mengeluh ketika khotbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa.

Betapa sulitnya untuk membaca satu lembar Al-qur’an tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman majalah/novel yang laris.

Betapa rajinnya kita untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser.., namun lebih senang berada di barisan paling belakang ketika berada di Masjid.

Betapa Mudahnya membuat 30 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 30 hari ketika berpuasa.

Betapa mudahnya kita menghafal lagu-lagu yang kita senang tetapi betapa sulitnya menghafal al-qur’an

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam Al-Qur’an, namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci Al-Quran.

Betapa mudahnya berkata tetapi betapa sulitnya merealisasikan perkataan kita.
Betapa mudahnya menyalahkan orang lain tetapi betapa sulitnya menunjuk diri kita saat bebuat salah.

Betapa pintarnya mencari pembenaran kata-kata kita tetapi betapa sulitnya mencari kebenarannya.

Betapa seringnya meminta uang atau kasih sayang kepada orang tua kita.., tetapi betapa jarangnya kita mengingat mereka dan sangat mudah sekali mengingat orang yang kita taksir.

Betapa seringnya kita mengagumi orang/artis tetapi betapa sulitnya mengagumi keteladanan Rasulullah.

Betapa seringnya berkomat-kamit menyanyikan lagu yang kita suka, tetapi betapa sulitnya menyebut-nyebut Allah/berzikir.

Betapa sulitnya kita mengingat kematian, Tetapi sayang usia kita semangkin hari semangkin dekat kepada ALLAH

Kita selalu beranggapan akan masuk surga, namun perbuatan kita lebih dekat ke neraka.

Apakah kita sudah terlambat untuk memperbaiki diri?

Masihkah kita mempunyai waktu?

Mungkinkah Allah masih menerima tobat kita?

Kita belum terlambat selagi masih bernafas karena Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat.

Jangan sia-siakan waktu yang masih tersisa, karena kita tidak tahu apakah masih ada jaminan untuk kita tetap hidup meski sedetim kedepan.

Semoga renungan ini bermanfaat. Aamiin


Leave a Reply