Tips jitu mengatasi ‘kegalauan’ yang ‘kekinian’


Tips jitu mengatasi ‘kegalauan’ yang ‘kekinian

Haloo.. haloo.. gimana kabar semua? Kali ini kita diskusi ringan saja ya. Hal ini terkait dengan kegalauan (yang mungkin) terjadi pada masa-masa kita sedang mengampu dan mengenyam pendidikan. Ada banyak hal sebenarnya yang dapat menghampiri diri seorang pelajar di kala tengah masa belajarnya. Beberapa diantaranya:

  1. Rasa bosan terhadap pelajaran yang dirasa sulit dipahami
  2. Komunikasi dengan teman terdekat (istilahnya ‘sahabat’, atau ‘pacar’, atau ‘pujaan hati’)
  3. Banyaknya tugas yang harus dikerjakan
  4. Berkurangnya waktu untuk ‘refreshing’ kepada diri sendiri
  5. Rindunya terhadap kampung halaman disana
  6. Dan lainnya

Adapun faktor-faktor tersebut sebagian besar terjadi dikarenakan pada diri mereka seakan-akan merasakan hanya mereka sendiri yang sedang bertempur dalam hal mengenyam pendidikan. Mereka melupakan bahwasanya kerabat terdekat yang senantiasa juga berperan serta dalam keberlangsungan pendidikannya selalu memberi dukungan, terutama waktu, tenaga, pikiran. Siapa lagi kalau bukan kerabat terdekat yakni kedua orang tua, saudara, dan kerabat keluarga lainnya. Mereka semua senantiasa berdoa untuk kemudahan, kelancaran, ketentraman hati kita di kala belajar, keselamatan kita di saat beraktivitas dalam rutinitas sehari-hari, kesehatan kita di tiap waktu dan hal lainnya.

Oleh karena itu, faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya ‘kegalauan’ harus segera diantisipasi sesegera mungkin. Banyak cara sederhana yang seringkali dilupakan oleh kebanyakan dari diri mereka. Contohnya saja dengan cara menghubungi orang tua kita. Kita berkomunikasi dengan mereka seakan-akan kita tetap dalam ruang yang sama dan dekat dengan kerabat keluarga kita. Cobalah menyapa mereka dengan cara kita yang kali pertama menghubunginya dengan tetap memperhatikan waktu-waktu keseharian mereka. Dikarenakan mungkin kesibukan di tiap orang yang berbeda, juga waktu istirahatnya mereka. Boleh saja teman terdekat kita tidak menjawab atau merespon sms, chatting atau telpon kita, namun berbeda dengan kerabat keluarga yang senantiasa bersedia dan bersiap akan menjawab kapan pun diri kita menghubungi mereka.

Dengan cara kita berkomunikasi baik dengan mereka, paling tidak kerabat kita akan berkurang dalam hal kekhawatirannya terhadap diri kita yang tengah mengampu pendidikan. Kita tidak hanya menghubunginya di kala hanya ada perlu namun tunjukkan bahwa diri kita pun juga peduli terhadapnya. Bahkan, jika memang benar-benar diperlukan untuk ada yang selalu dan senantiasa memotivasi diri kita untuk tetap melakukan yang terbaik bisa dengan cara memasangkan foto kerabat keluarga di kamar kita, di wallpaper handphone, laptop/personal computer kita sehingga kita tetap fokus dan sadar bahwa kita tidak pernah sendiri.

Sedangkan cara lainnya bisa kita tunjukkan bentuk nyata perilaku yang bisa diwujudkan dalam hal ibadah, misalnya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Saudaraku, ingatlah bilamana sekalipun tidak ditemukan bahu untuk bersandar ketika musibah ‘kegalauan’ menimpa, ingatlah Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa kita harapkan barokah-Nya. Bersujudlah kepada-Nya, memintalah kepada-Nya kebaikan dan keselamatan di dunia untuk akhirat kelak. Serta, yakinlah bahwasanya pendidikan yang tengah kita laksanakan adalah salah satu bentuk upaya kita untuk memperbaiki diri guna bermanfaat untuk masyarakat, bangsa dan negara. Mari kita ‘singsingkan lengan baju’ kita, bulatkan dan utuhkan semangat kita untuk memperbaiki dan meningkatkan kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Jayalah Telkom University, Jayalah Indonesia tanah air kita.


Leave a Reply